ALAT
UKUR MULTIMETER DAN PENGGUNAANNYA
Dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengukuran Listrik
Disusun
oleh:
Dwi
Adi wijaya (140534603503)
Heru
andrianto (140534604242)
FAKULTAS
TEKNIK
PRODI
S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
SEPTEMBER
2014
PENDAHULUAN
Multimeter adalah alat pengukur listrik
yang juga sering disebut sebagai VOM (Volt-Ohm Meter), dapat digunakan untuk
mengukur tegangan (Volt meter), hambatan (Ohm meter) maupun arus (Ampere
meter). Terdapat dua jenis multimeter, yaitu multimeter non elektronis dan
multimeter elektronis.
Multimeter
non elektronis
Multimeter jenis bukan elektronik kadang-kadang
disebut juga AVO-meter, VOM
(Volt-Ohm-Meter),
Multitester, atau Circuit Tester. Pada dasarnya alat ini merupakan
gabungan
dari alat ukur searah, tegangan searah, resistansi, tegangan bolak-balik.
Spesifikasi
yang harus diperhatikan terutama adalah:
–
batas ukur dan skala pada setiap besaran yang diukur: tegangan searah (DC
volt),
tegangan
bolak-balik (AC volt), arus searah (DC amp, mA, µA), arus bolak-balik
(AC
amp) resistansi (ohm, kilo ohm).
–
sensitivitas yang dinyatakan dalam ohm-per-volt pada pengukuran tegangan
searah
dan bolak-balik.
–
Ketelitian yang dinyatakan dalam %
–
Daerah frekuensi yang mampu diukur pada pengukuran tegangan bolak-balik
(misalnya
antara 20 Hz sampai dengan 30 KHz).
–
Batere yang diperlukan
Multimeter elektronis
Multimeter
ini dapat mempunyai nama: Viltohymst, VTM + Vacuum Tube Volt Meter, Solid State
Multimeter = Transistorized Multimeter. Alat ini mempunyai fungsi seperti
multimeter non elektronis. Adanya rangkaian elektronis menyebabkan alat ini
mempunyai beberapa kelebihan.
Multimeter dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu multimeter analog dan digital.
Multimeter
analog menggunakan peraga jarum moving coil dan besaran ukur berdasarkan arus
(elektronis dan non elektronis). Sedangkan multimeter digital menggunakan peraga
bilangan digital dan besaran ukur berdasarkan tegangan yang dikonversi ke
sinyal digital.
multimeter
analog multimeter digital
Avometer
Pengertian AVO Meter
Avometer
berasal dari kata ”AVO” dan ”meter”. ‘A’ artinya ampere, untuk mengukur arus
listrik. ‘V’ artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. ‘O’ artinya
ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan. Terakhir, yaitu meter atau satuan dari
ukuran. AVO Meter sering disebut dengan Multimeter atau Multitester. Secara
umum, pengertian dari AVO meter adalah suatu alat untuk mengukur arus,
tegangan, baik tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan
hambatan listrik.
AVO
meter sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena dapat
membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat, Tetapi sebelum
mempergunakannya, para pemakai harus mengenal terlebih dahulu jenis-jenis AVO
meter dan bagaimana cara menggunakannya agar tidak terjadi kesalahan dalam
pemakaiannya dan akan menyebabkan rusaknya AVO meter tersebut.
Berdasarkan
prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter analog (menggunakan
jarum putar / moving coil) dan AVO meter digital (menggunakan display digital).
Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu dengan lainnya, tetapi ada beberapa
kesamaan dalam hal operasionalnya. Misal sumber tenaga yang dibutuhkan berupa
baterai DC dan probe / kabel penyidik warna merah dan hitam.
Pada
AVO meter digital, hasil pengukuran dapat terbaca langsung berupa angka-angka
(digit), sedangkan AVO meter analog tampilannya menggunakan pergerakan jarum
untuk menunjukkan skala. Sehingga untuk memperoleh hasil ukur, harus dibaca
berdasarkan range atau divisi. AVO meter analog lebih umum
digunakan karena harganya lebih
murah dari pada jenis AVO meter digital.
Avometer
Digital
Sistem multimeter digital Yaitu sistem mengubah analog
menjadi digital. Dalam artian kata pengukuran dilakukan secara analog ( menggunakan
bahasa biner) . lalu diubah menjadi digital (bahasa decimal).
Prinsip kerja Banyak masukan, terutama yang berasal dari
transduser, merupakan isyarat analog yang harus disandikan menjadi informasi
digital sebelum masukan itu diproses, dianalisa atau disimpan didalam kalang
digital. Pengubah mengambil masukan, mencobanya, dan kemudian memproduksi suatu
kata digital bersandi yang sesuai dengan taraf dari isyarat analog yang sedang
diperiksa. Keluaran digital bisa berderet (bit demi bit) atau berjajar dengan
semua bit yang disandikan disajikan serentak. Dalam sebagian besar pengubah,
isyarat harus ditahan mantap selama proses pengubahan.
Umumnya sebuah multimeter elektronik
mengandung elemen-elemen berikut :
1. Penguat dc jembatan setimbang
(balanced bridge dc amplifier) dan alat pencatat.
2. Pelemah masukan atau saklar rangkuman (RANGE), guna membatasi tegangan masukkan pada nilai yang diinginkan.
3. Rangkaian penyearah, untuk mengubah tegangan masukkan ac ke dc yang sebanding.
4. Batere internal dan rangkaian tambahan, guna melengkapi kemampuan pengukuran tahanan.
5. Saklar fungsi (FUNGSI), untuk memilih berbagai fungsi pengukuran dari instrument tersebut
2. Pelemah masukan atau saklar rangkuman (RANGE), guna membatasi tegangan masukkan pada nilai yang diinginkan.
3. Rangkaian penyearah, untuk mengubah tegangan masukkan ac ke dc yang sebanding.
4. Batere internal dan rangkaian tambahan, guna melengkapi kemampuan pengukuran tahanan.
5. Saklar fungsi (FUNGSI), untuk memilih berbagai fungsi pengukuran dari instrument tersebut
Posisi alat ukur
Untuk
melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga Mesti
dan Hal wajib yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidak salah.
Pemasangan Alat ukur yang salah /Tidak benar memberikan hasil pengukuran
yang TIDAK BENAR dan bukan kurang tepat, jadi ini sangat perlu di perhatikan.
Mari kita melihat posisi alat ukur yang benar:
- Posisi alat ukur saat mengukur
TEGANGAN (Voltage)
Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat ukur mesti di pasang Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya berwarna Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) harus membentuk suatu titik percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada gambar berikut:
Memasang Multimeter Paralel
- Posisi alat ukur saat mengukur
ARUS (Ampere)
Untuk melakukan pengukuran ARUS yang mesti diperhatikan yaitu Posisi terminal harus dalam kondisi berderetan dengan Beban, Sehingga untuk melakukan pengukuran arus maka rangkaian mesti di Buka / diputus / Open circuit dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada titik yang telah terputus tersebut. Pemasanngan yang benar dapat dilihat pada gambar:
Memasang Multimeter SERI
- Posisi alat ukur saat mengukur
Hambatan (Ohm)
Yang mesti diketahui saat pengukuran tahanan ialah JANGAN PERNAH MENGUKUR NILAI TAHANAN SUATU KOMPONEN SAAT TERHUBUNG DENGAN SUMBER. Ini akan merusak alat ukur. Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke posisi Skala OHM dan kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi komponen (Resistor) yang akan di ukur.
Memasang Multimeter untuk mengukur
tahanan
Cara
Menggunakan Multimeter Digital
Cara
menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana dan lebih
cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4 digit
sehingga mudah membaca dan memakainya.
1. Putar sakelar
pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap
dipakai.
2. Hubungkan probenya
ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat ukur.
3. Catat angka yang
tertera pada multimeter digital.
4. Penyambungan probe
tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik karena display
dapat memberitahu.
a) Mengukur
tegangan DC
1.
Atur
Selektor pada posisi DCV.
2. Pilih skala batas
ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang
di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
3. Untuk mengukur
tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi
tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
4. Hubungkan atau
tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe warna merah
pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh
terbalik.
5. Baca hasil ukur
pada multimeter.
b) Mengukur tegangan AC
1. Atur Selektor pada
posisi ACV.
2. Pilih skala batas
ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang
di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
3. Untuk mengukur
tegangan yang tidak diketahui besarnya
4. Hubungkan atau
tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek. Pemasangan probe
multimeter boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur
pada multimeter.
c) Mengukur
kuat arus DC
1. Atur Selektor pada
posisi DCA.
2. Pilih skala batas
ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus yang di
cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
3. Perhatikan dengan benar batas
maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh multimeter karena jika melebihi
batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan putus dan
multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
4. Pemasangan probe
multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan DC dan AC, karena
mengukur arus berarti kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban
yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
5. Hubungkan probe
multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe (-) pada input
tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
6. Baca hasil ukur
pada multimeter.
d) Mengukur
nilai hambatan sebuah resistor tetap
1. Atur Selektor pada
posisi Ohmmeter....
2. Pilih skala batas
ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
3. Batas ukur ohmmeter
biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya
dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.
4. Hubungkan kedua
probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur
pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan nilai yang
ditunjukkan oleh gelang warna resistor.
e) Mengukur nilai hambatan sebuah resistor
variabel (VR)
1. Atur Selektor pada
posisi Ohmmeter.
2. Pilih skala batas
ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.
3. Batas ukur ohmmeter
biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya
dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.
4. Hubungkan kedua
probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
5. Sambil membaca
hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan pastikan
penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan putaran VR.
f) Mengecek
hubung-singkat / koneksi
1. Atur Selektor pada
posisi Ohmmeter.
2. Pilih skala batas
ukur X 1 (kali satu).
3. Hubungkan kedua
probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek koneksinya.
4. Baca hasil ukur
pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka semakin
baik konektivitasnya.
5. Jika jarum
multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau terminal tersebut putus.
g) Mengecek
diode
1. Atur Selektor pada
posisi Ohmmeter.
2. ilih skala batas
ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan
probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada katoda.
4. Jika diode yang
dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan saat dicek, led akan menyala.
5. Jika multimeter
menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti dioda baik,
jika tidak menunjuk berarti dioda rusak putus.
6. Lepaskan kedua
probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada anoda dan probe (-) pada
katoda.
7. Jika jarum
multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti dioda baik, jika
bergerak berarti dioda rusak bocor tembus katoda-anoda.
h) Mengecek transistor NPN
1. Atur Selektor pada
posisi Ohmmeter.
2. Pilih skala batas
ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan
probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
4. Jika multimeter
menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik,
jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
5. Lepaskan kedua
probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-)
pada kolektor.
6. Jika jarum
multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
7. Hubungkan
probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
8. Jika multimeter
menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor
baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
9. Lepaskan kedua probe
lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
10. Jika jarum
multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
11. Hubungkan
probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
12. Jika jarum
multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter
(-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak diperlukan.
i) Mengecek transistor PNP
1. Atur Selektor pada
posisi Ohmmeter.
2. Pilih skala batas
ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan
probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
4. Jika multimeter
menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik,
jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
5. Lepaskan kedua
probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada
kolektor.
6. Jika jarum
multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
7. Hubungkan
probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
8. Jika multimeter
menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik,
jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
9. Lepaskan kedua
probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada
emitor.
10. Jika jarum
multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
11. Hubungkan
probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
12. Jika jarum
multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter
(+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak diperlukan.
j) Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko).
1. Atur Selektor pada
posisi Ohmmeter..
2. Pilih skala batas
ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko diatas
100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko
dibawah 10uF.
3. Hubungkan
probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
4. Pastikan jarum
multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko) lalu
kembali ke posisi semula.
5. Jika jarum bergerak
dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
6. Jika jarum tidak
bergerak maka elko kering / tidak menghantar.
0 komentar:
Posting Komentar