A.
Karakteristik
Alat Ukur
Fungsi alat ukur adalah untuk mendeteksi
parameter yang terdapat dalam proses industry atau penelitian ilmu pengetahuan.
Alat ukur harus mampu mendeteksi tiap perubahan dengan teliti. Untuk
mendapatkan sifat kerja yang optimum maka perlu diperhatikan sejumlah
karakteristik dasar alat ukur. Berikut akan dijelaskan masing-masing
karakteristik terebut :
1.
Karakteristik
Statis
Karakteristik statis suatu alat
ukur adalah karakteristik yang harus diperhatikan apabila alat tersebut
digunakan untuk mengukur suatu kondisi yang tidak berubah karena waktu atau
hanya berubah secara lambat laun.Karakteristik statis adalah hal-hal yang
harus diperhitungkan bila alat ukur dipergunakan untuk mengukur suatu keadaan
yang tidak bergantung pada waktu, yaitu :
a.
Ketelitian
atau Keseksamaan (Accuracy)
Ketelitian
atau accuracy didefenisikan sebagai ukuran seberapa jauh hasil pengukuran
mendekati harga sebenarnya dari pada besaran yang diukur. Ukuran ketelitian
sering dinyatakan dengan dua cara, atas dasar perbedaan atau kesalahan (error)
terhadap harga yang sebenarnya, yaitu
Contoh
:
Sebuah amperemeter menunjukkan arus
sebesar 10A sedangkan accuracy 1% maka kesalahan pengukurannya adalah 1% X 10A
= 0,1A sehingga harga sebenarnya dari hasil pengukurannya adalah (10 + 0,1)A.
b.
Kecermatan atau Keterulangan
(Precision/Repeatibility)
Adalah
yang menyatakan seberapa jauh alat ukur dapat mengulangi hasilnya untuk harga
yang sama. Atau derajat dekat tidaknya hasil pengukuran satu terhadap yang
lain. Dengan kata lain, alat ukur belum tentu akan dapat memberikan hasil yang
sama jika diulang, meskipun harga besaran yang diukur tidak berubah. Hal diatas
berarti bahwa jika suatu mikrometer menghasilkan angka 0,0002 mm, dan hasil
yang hampir sama akan diperoleh kembali meskipun pengukuran diulang-ulang,
dikatakan bahwa mikrometer tersebut sangat cermat dan ketepatannya (presisi)
tinggi.
c.
Resolusi
Adalah
kemampuan sistem pengukur termasuk pengamatnya, untuk membedakan harga-harga
yang hampir sama. Resolusi adalah nilai perubahan terkecil yang dapat
dirasakan oleh alat ukur. Contoh : suatu timbangan pada jarum penunjuk yang
menunjukkan perubahan 0,1 gram (terkecil yang dapat dilihat) maka dikatakan
bahwa resolusi dari timbangan tersebut adalah 0,1 gram. Harga resolusi sering
dinyatakan pula dalam persen skala penuh.
Kemudahan pembacaan
skala adalah sifat yang tergantung pada instrumen dan pengamatnya. Ini
menyatakan angka yang signifikan (mudah diamati) dan dapat direkam/dicatat
sebagai data. Pada meter analog, ini tergantung pada ketebalan tanda skala dan
jarum penunjuknya. Pada meter digital, digit terakhir (least significant) dapat
dipakai sebagai ukuran kemudahan pembacaan skala.
d.
Sensitifitas
Adalah
rasio antara perubahan pada output terhadap perubahan pada input. Pada alat
ukur yang linier, sensitivitas adalah tetap. Dalam beberapa hal harga
sensitivitas yang besar menyatakan pula keunggulan dari alat ukur yang
bersangkutan. Alat ukur yang terlalu sensitif adalah sangat mahal, sementara
belum tentu bermanfaat untuk maksud yang kita inginkan.
Kepekaan
(sensitivitas) menyatakan berapa besarnya harga pengukuran untuk setiap satuan
harga sinyal input. Sinyal input yang paling kecil yang memberikan sinyal
output dan dapat diukur dinamakan sensitivitas alat ukur.
e.
Error
atau kesalahan
Error
dalam pengukuran dapat diartikan sebagai beda aljabar antara nilai ukuran yang
terbaca dengan nilai“sebenarnya “ dari obyek yang diukur. Tidak ada komponen
atau alat ukur yang sempurna, semuanya mempunyai kesalahan atau
ketidak-telitian. Setiap hasil pengukuran selalu mengandung error. Tidak ada
pengukuran yang bebas error, ini merupakan sifat alamia, kecuali jika yang
diukur/dihitung adalah jumlah barang atau jumlah kejadian. Error dalam
pengukuran dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu spurious error, systematic error
dan random error.
f.
Validity
Suatu
skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes
yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Sisi lain dari
pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang
valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus
memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.
g.
Reliability
Realibilitas
adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka
alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.
Reliabilitas, atau
keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat
ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan
tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih
subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas
antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran
yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur
apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
2.
Karakteristik Dinamis
Karakteristik dinamik dari suatu
alat ukur menyatakan bagaimana kecepatan mengadakan perubahan dari suatu
kedudukan ke kedudukan yang baru. Yang termasuk kedalam karakteristik dinamik
yaitu :
a.
Kecepatan
atau Respon
Kecepatan
tanggapan (respon) adalah kecepatan alat ukur dalam memberi tangapan terhadap
perubahan kuantitas yang diukur.Keterlambatan dalam pengukuran yang berkaitan
dengan kecepatan tanggapan adalah perlambatan atau penundaan tanggapan suatu
alat ukur terhadap perubahan kontinuitas yang diukur. Perlambatan demikian
merupakan karakteristik yang tidak dikehendaki
b.
Kecermatan
Kecermatan
adalah tingkat yang memberikan gambar apakah alat ukur menunjukkan perubahan
peubah yang diukur tanpa kesalahan dinamis. Kesalahan dinamis adalah perbedaan antara kuantitas nilai
sebenarnya yang berubah menurut waktu,
dan nilai yang ditunjukkan alat ukur jika diasumsikan tidak ada kesalahan
statis. Waktu
mati (Dead time) yang berkaitan dengan retardasi dalam pengukuran kesenjangan
hanya mengubah tanggapan alat ukur sepanjang skala waktu dan menyebabkan
kesalahan dinamis. Secara umum, kesenjangan pengukuran jenis ini sangat kecil
dapat dinyatakan dalam sepersekian detik. Waktu mati disebabkan oleh daerah
mati (dead zone) dalam alat ukur oleh gesekan awal atau pengaruh yang serupa.
0 komentar:
Posting Komentar