Senin, 07 Desember 2015

Esensi Pendidikan Terhadap Pembangunan

Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasaranya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan. Terdapat suatu kesan bahwa persepsi masyarakat umum tentang arti pembangunan lazimnya bersifat menjurus. Pembangunan semata – mata hanya beruang lingkup pembangunan aterial atau pembangunan fisik berupa gedung, jembatan, pabrik dan lain lain. Padahal sukses tidaknya pembangunan fisik itu justru sangat di tentukan oleh keberhasilan di dalam pembangunan rohaniah/spiritual, yang secara bulat di artikan pembangunan manusia, dan yang teeakir ini menjadi tugas utama pendidikan. Persepsi yang keliru dalam arti pembangunan, yang menganggap bahwa pembangunan itu hanya semata – mata pembangunan material dapat berdampak menghambat pembangunan sistem pendidikan, karena pembangunan itu semestinya bersifat komprehensif yaitu mencakup pembangunan manusia dan lingkunganya. Paparan materi bab XI ini bermaksud memberikan gambaran yang komprehensif tentang pembangunan manusia dengan lingkunganya. Dengan mempelajari secara seksama materi ini anda akan memahami esesnsi pendidikan dan pembangunan, titik temu antara keduanya, peranan pendidikan dalam pembangunan, khususnya pembangunan sistem pendidikan nasional.

Esensi Pendidikan dan Pembangunan serta titik temunya
Menurut paham umum kata `pembangunan` lazimnya diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan di bangunya pabrik – pabrik, jalanan, jembatan sampai kepada pelabuhan, alat alat transportasi, komnunikasi dan sejenisnya. Sedangkan hal yang mengenai sumber daya manusia tidak secara langsung terlihat sebagai sasaran pembicaraan. Padahal bayak bukti yang di alami oleh banyak negara menunjukan bahwa kemajuan bidang ekonomi dan industri yang di tandai oleh kenaikan GNP, lalu kenaikan volume ekspor dan impor sebagai indikatornya, ternyata tidak otomatis membawa kesejahteraan masyarakatnya. Kondisi demikian justru menimbulkan gejala penyerta yang negatif antara lain : Kegoncangan sosial politik, karena kesengsaraan masyarakat, seperti di alami oleh negara pakistan akir akir ini, meningkatnya angka pengangguran dan kemelaratan seperti yang dialami oleh malaysia dan negara negara lain.
            Gambaran di atas itu menunjukan bahwa pembangunan dalam arti yang terbatas dalam bidang  ekonomi dan industri saja belumlah menggambarkan esensi yang sebenarnya dari pembangunan, jika kegiatan kegiatan tersebut belum dapat mengatasi masalah yang hakiki yaitu terpenuhinya hajat hidup dari rakyat banyak material dan spiritual.
            Pembangunan ekonomi indutri mungkin dapat memenuhi aspek tertentu dari kebutuhan misalnya; kebutuhan akan sandang dan pangan, dan papan. Tetapi mungkin tidak untuk kebutuhan spiritual yang lain. Bukankah kenyataan menunjukan bahwa banyak orang yang secara meterial cukup mampu, tetapi secara spritual menanggung banyak masalah.
Di sini terlihat, bahwa esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya, bukan pada lingkunganya seperti perkembangan ekonomi sebagaimana telah di kemukakan. Pembangunan berorientasi pada pemenuhan hajat manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Mengapa pembangunan yang demikian di katan ertumpupada dan bertolak dari manusia? Sebabnya, karna hanya pembangunan yang terarah kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia yang dapat meningkatkan martabatnya sebagai manusia. Peningkatan martabat manusia selaku manusia yang menjadi tujuan final dari pembangunan. Tegasnya pembangunan apapun jika berakibat mengurangi nilai manusiawi berati keluar dari esensinya.
            Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia indonesia. Pernyataan tersebut dapatdi artikan bahwa yang menjadi tujuan akir pembagunan adalah manusianya, yaitu dapatnya di penuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk religius, agar dengan demkian dapat meningkatkan martabatnya sebagai makhluk. Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai sebutan dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akir pembangunan adalah manusianya. Yaitu dapat di penuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk religius, agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya sebagai makhluk.
            Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi pada hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia maka dalam ruang gerak pembangunan, manusia dapat di pandang sebagai “objek” dan sekaligus juga sebagai “subjek” pembangunan.
            Sebagai subjek pembangunan manusia di pandang sebagai sasaran yang di bangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtiar ke dalam diri manusia, beberapa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkunganya, tekad hidup yang positif serta ketrampilan kerja. Ikhtiar ini di sebut pendidikan.
            Manusia sebagai sasaran pembangunan, wujudnya dirubah dari keadaan yang masih bersifat potensial ke keadaan aktual. Bayi yang memiliki “benih kemungkinan untuk menjadi” di bina sehingga berubah menjadi “kenyataan”
            Potensi kebaikan yang perlu di kembangkan aktualisasinya seperti kemampuan berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan, berpendirian, rasa bebas yang bertanggung jawab, kejujuran, toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan bekerja sama, menerima, melaksakan kewajiban sebagai keniscayaan, menghormati hak orang lain dan seterusnya. Oleh adanya perlindungan dan bimbingan orang tua dan pihak lain yang telah dewasa, bayi beranjak “status quo”nya dalam rentangan antara “naluri” dan “nurani”. Jika seandainya manusia dapat hidup hanya dengan bekal naluri maka tidak ada manusia itu dengan hewan. Justru adanya nurani menjadi pembeda antara manusia dan hewan.
            Di sini jelas betapa urgenya peranan pendidikan itu yang memungkinkan berubahnya potensi manusia menjadi aksidensi dari naluri menjadi nurani, sehingga manusia menjadi sumber daya atau modal utama pembangunan yang manusiawi. Manusia di pandang sebagai subjek pembangunan karena dengan segenap kemampuanya dapat menggarap lingkunganya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan ini lazim di sebut pembangunan. Jadi pendidikan mengarah ke dalam diri manusia, sedang pembangunan mengarah ke luar yaitu ke lingkungan sekitar manusia.
            Jika pendidikan dan pembanguna di lihat sebagai suatu garis proses, maka keduanya merupakan suatu garis yang terletakkontinu dan saling mengisi. Proses pendidikan pada suatu garis menempatkan manusia sebagai titik awal, karena pendidikan mempunyai tugas untuk menghaslkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan, yaitu pembangunan yang dapat memenuhi hajat hidup masyarakat luas serta mengangkat martabat manusia sebagai makhluk. Bahwa hasil pendidikan itu menunjang pembangunan, juga dapat di lihat korelasinya dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi peserta didik yang mengalami pendidikan.
Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan :
Pendidikan sebagai upaya yang sangat bulat dan menyeluruh hasilnya tidak dapat segera dilihat. Ada jarak penantian yang cukup panjang antara di mulainya proses usaha dengan tercapainya hasil. Namun demikian jika ditilik secara seksama tidaklah dapat di pungkiri bahwa andil yang di berikan oleh pendidikan pada pembangunan sungguh sangat besar. Jika pembangunan di pandang sebagai sistem makro maka pendidikn merupakan sebuah komponen atau bagian dari pembangunan.

Pembangunan Sistem Pendidikan
            Setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena hanya manusia yang dapat dididik dan harus selalu dididik (demikian menurut Langeveld). Bayi hanya akan menjadi manusia jika melalui pendidikan. Sedangkan manusia adalah satunya-satunya makhluk yang diakrunia potensi untuk selalu menyempurnakan diri. Padahal kesempurnaan itu sendiri adalah suatu kondisi yang tudak akan kunjung dapat dicapai oleh manusia. Bisa dikatakan, manusia hanya mengejar kesempurnaan agar dekat dengan kesempurnaan, tetapi tidak akan pernah menyatu dengan kesempurnaan itu sendiri.
       Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan. Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain bertalian erat, yaitu:
    Aspek filosofis dan keilmuan.
    Aspek yuridis atau perundang-undangan.
    Struktur.
    Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan, orientasi.

Hubungan Antar Aspek-Aspek
            Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bgi butir-butir yang lain, karena memberikan arah serta mewadahi butir-butir yang lain. Artinya, strktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain yang lain itu harus mengacu pada aspek filosofis, aspek keilmian, dan aspek yuridis. Oleh karena itu, perubahan apapun yang terjadi pada sstruktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain tersebut harus tetap berada di dalam wadah filsofis dan yuridis..
Aspek Filosofis Keilmuan
            Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan tujuan  nasional yang tentunyan memberikan peluan bagi pengembangan sifat hakikat  manusia yang bersifat kodrati yang berarti pula bersifat wajar. Bagi kita yang pengembangan sifat kodrati manusia itu pararel dengan jiwa Pancasila. Filsafat Pancasila ini menggantikan secara total falsafah pendidikan penjajah. Penjajah memfungsikan pendidikan sebagai sarana untuk  menghasilkan tenaga kerja yang terampil tetapi bersifat bergantung dan loyal kepada penjajah. Iklim pendidikan seperti itu jelas berbeda dengan sistem pendidikan dari bangsa yang merdeka, yang arah dan tujuannya  ialah mewijudkan mausia-manusia yang cakap dan terampil, bersifat dinamis, kreatif dan inofatif serta mandiri tetapi penuh rasa tenggang rasa.
Kecuali filsafat, segi kailmuan juga memberikan sumbangan penting terhadap sistem pendidikan. Dalam usaha mencapai tujuan yang telah dirumuskan oleh filsafat itu, sistem pendidikan memerlukan tunjangan teori dari keilmuan.
Aspek Struktur
            Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar.dari jenjang yang satu ke jenjang yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik.
            Dalam prakteknya, perkembangan pola struktur tidak dapat dipisahkan dari aspek filosofis. Pada zaman penjajahan Belanda misalnya, sekolah taman kanak-kanak belum dianggap sebagai suatu kebutuhan. Jenjang pendidikan formal yang terendah adalah sekolah rakyat/sekolah desa (volk school) 3 tahun. Dalam hal demikian sekolah desa tidak berfungsi sebagai pendidikan dasar (basic education) yang memberikan bekal dasar kepada setiap warga negara untuk berperan serta dalam pembangunan, tetapi sekedar untuk berkonsumsi politik etis dan menyiapkan tenaga buruh yang sekedar dapat membaca dan menulis guna melancarkan roda pemerintahan penjajah. Sejak zaman penjajahan, jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan rendah, menengah, dan pendidikan tinggi, tetapi adanya segregasi pendidikan sangat dirasakan. Saat itu dikenal apa yang disebut “Three Tract Systems” yaitu pemilihan pendidikan untuk tiga macam golongan: Untuk rakyat jelata (bawahan), golongan atas pribumi yang disejajarkan dengan Belanda, dan untuk golongan bangsa Belanda, Eropa, dan timur asing. Sejak zaman kemerdekaan pemilihan seperti itu sudah tidak ada lagi.semua sistem pendidikan yang ada disediakan untuk melayani semua anggota masyarakat. Beberapa tahun kemudian sesudah kita merdeka, jenis pendidikan tingkat menegah dan pendidikan tingkat tinggi demikian pula pendidikan nonformal mengalami perkembngan yang sangat pesat. Hal ini terjadi karena beberapa penyebab. Pertama, karena aspirasi pendidikan dari orang tua dan angkatan muda semakin meningkat, kedua, semakin berkembangnya jenis pekerjaan di masyarakat, dan sejumlah diantaranya mengalami peningkata kualitas, hingga menuntut persyaratan kerja yang lebih andal. Banyak jenis pekerjaan baru bermunculan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebagai akibatnya timbullah kebutuhan beraneka ragam tenaga kerja yang harus dipersiapkan melalui berbagai pendidikan kejuruan tingkat menegah atas dan berbagai fakultas atau program studi pada perguruan tinggi, demikian pula melalui pendidikan nonformal.



Kesimpulan : Pendidikan merupakan tonggak pusat dari sebuah pembangunan, karena pendidikan merupakan langkah pertama guna membentuk sumber daya manusia yang unggul dalam bidangnya masing-masing. Setelah mempunyai sumber daya manusia yang unggul, maka kompetensi yang dimiliki sumber daya manusia tersebut akan menunjang pembangunan sarana dan prasarana yang kembali di tujukan untuk kemajuan pendidikan. Sehingga pendidikan dan pembangunan mempunyai keterkaitan yang berlangsung terus-menerus.

Daftar Rujukan :
Tirtarahardja, Prof. Dr, Umar dan Drs. S. La. Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang : Universitas Negeri Malang.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

visitors

Muhammad Rio Alrizal

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates